Senin, 21 Mei 2012

Road To Munich: Perjalanan Chelsea di Liga Champions


The Blues melakoni start gemilang dengan menggebuk Leverkusen 2-0 di Stamford Bridge dalam laga perdana Grup D. Catatan positif ini berlanjut dengan hasil imbang kala menyambangi tim kuat, Valencia, di Mestalla, disusul pesta lima gol sewaktu menjamu Genk.

Sayang, kunjungan ke markas klub Belgia itu pada matchday keempat tak berujung tripoin buat Chelsea. Unggul lebih dahulu melalui gol Ramires di babak pertama, tim besutan Villas-Boas harus puas dengan hasil akhir 1-1 setelah Genk menyamakan kedudukan pascarehat lewat striker Jelle Vossen.

Situasi Chelsea sontak berubah menjadi kelabu setelah mereka dipaksa menyerah 2-1 oleh Leverkusen di BayArena. Gol pembuka skor Didier Drogba -- sekaligus gol pertamanya di UCL musim ini -- seakan tak berarti lantaran Die Werkself mampu membalas dua kali melalui Eren Derdiyok dan Manuel Friedrich.

Kekalahan tersebut menjatuhkan The Blues ke posisi kedua di klasemen sementara, mengantungi poin sama dengan Valencia di tempat ketiga. Duel kedua tim di Bridge pada matchday pamungkas pun jadi partai hidup-mati. Namun Chelsea dapat menjawab tantangan dengan sempurna. Kontribusi gol Drogba dan Ramires menutup paruh pertama dengan keunggulan tuan rumah 2-0. Drogba kembali masuk scoresheet di paruh kedua guna melengkapi kemenangan 3-0.
Karena di saat bersamaan Leverkusen hanya mencatat skor seri 1-1 di kandang Genk, Chelsea pun berhak memuncaki klasemen akhir dengan surplus satu poin atas sang wakil Bundesliga.

Klasemen Akhir Grup E   
                               M M S K Gol Poin
Chelsea                   6 3 2 1 (13-4) 11
Bayer Leverkusen  6 3 1 2 (8-8)   10
Valencia                  6 2 2 2 (12-7)   8
Genk                       6 0 3 3 (2-16)   3

Dan yang buat gue lebih seneng lagi, Manchester United ga lolos dari fase grup. Finalis Liga Champions 2011 turun kasta loooh ke Liga Eropa. Ciyan yah~

Di first knock-out round, hasil undian mempertemukan Chelsea dengan Napoli, salah satu kuda hitam asal Italia yang melaju sebagai runner-up Grup A, disebut-sebut sebagai grup neraka UCL 2011/12. Tanpa kemenangan di empat gim resmi terakhir, The Blues bertandang ke San Paolo pada 21 Februari. Harapan kubu tamu sempat membuncah saat kesalahan Paolo Cannavaro memudahkan Juan Mata membobol gawang Morgan De Sanctis (27').

Akan tetapi, I Vesuviani yang memang tampil lebih impresif mampu membalikkan skor sebelum turun minum via Ezequiel Lavezzi dan Edinson Cavani. Lavezzi lantas mencetak gol keduanya pada menit ke-65 dan memberikan Napoli keunggulan agregat signifikan 3-1 sebagai bekal menghadapi leg kedua. Sekitar dua pekan setelah laga ini, tepatnya ketika tim kembali menelan kekalahan, 1-0 atas West Brom di Liga Primer, AVB digusur dari kursi manajer.

Di bawah caretaker Roberto Di Matteo *RDM menjadi pelatih sementara* Chelsea mampu meraih kemenangan berurutan kontra Birmingham dan Stoke, jelang menerima kedatangan Napoli. Meski begitu, rasanya sedikit sekali yang memprediksi The Pensioners bisa membalikkan defisit agregat. Tapi itulah yang persis terjadi di Stamford Bridge pada 14 Maret. Trigol Chelsea lewat Didier Drogba, John Terry, dan penalti Frank Lampard, serta satu gol I Partenopei melalui Gokhan Inler dalam 90 menit memaksa digelarnya perpanjangan waktu. Di babak inilah Branislav Ivanovic muncul sebagai pemasti tiket perempat-final untuk Chelsea dengan menyelesaikan assist Drogba. Comeback spektakuler ini mengobarkan keyakinan tim untuk melaju jauh.

Di babak delapan besar, Chelsea kembali terundi menghadapi kuda hitam lain, Benfica, tim yang sukses menjuarai Grup C, yang juga dihuni oleh Manchester United, dan mengempaskan jawara Rusia, Zenit St. Petersburg, di 16 besar. Namun Os Aguias toh sanggup diatasi The Blues. Gol tunggal Salomon Kalou menuntaskan sodoran Fernando Torres pada first leg di Estadio da Luz menghasilkan kemenangan tipis 1-0.

Pada pertemuan kedua, konversi penalti Lampard di menit ke-21 disusul kartu merah buat Maxi Pereira lima menit jelang turun minum seolah bakal membuat Chelsea melenggang mudah. Tapi Benfica ternyata ogah menyerah begitu saja. Dengan sepuluh pemain, armada asuhan Jorge Jesus dapat menyamakan skor lewat Javi Garcia pada menit ke-85. Bagaimanapun, sepakan keras Raul Meireles pada injury time akhirnya mengubur harapan klub negara kelahirannya, Portugal, itu.

Walau keberhasilan membalikkan agregat atas Napoli terbilang fenomenal, ujian terberat Chelseai tak pelak adalah saat bersua juara bertahan turnamen, Barcelona. Di sinilah kepiawaian taktik Di Matteo berbicara. Sadar tak mungkin unggul jika mengadu kualitas permainan dengan raksasa Spanyol itu, dalam dua leg sang bos menginstruksikan anak-anak asuhnya agar lebih berkonsentrasi di sektor belakang dan melancarkan serangan balik kilat saat berhasil merebut bola. Hasilnya paten, kendati banyak ditekan, Chelsea sukses memetik kemenangan 1-0 melalui Drogba pada gim pertama di Bridge.

Strategi serupa tampak bakal patah saat The Blues ganti bertandang ke Camp Nou. Dua gol Sergio Busquets (35') dan Andres Iniesta (43') diselingi tindakan bodoh kapten John Terry menendang Alexis Sanchez dalam insiden tanpa bola sehingga berujung straight red card (37') membuat ketersingkiran Chelsea bagai sebuah keniscayaan. Namun harapan Chelsea sontak merekah setelah Ramires menaklukkan Victor Valdes lewat tendangan lob cantik memanfaatkan umpan Lampard yang jeli melihat lubang di lini belakang Barca.

Skor 2-1 tak cukup buat The Catalans karena Chelsea unggul dalam gol tandang, namun bombardir serangan yang mereka lancarkan tak kunjung berbuah gol, termasuk penalti Lionel Messi di awal babak kedua yang hanya membentur mistar. Justru pasukan Di Matteo, yang terus bertahan dengan kokoh di sisa pertandingan, mampu menyamakan kedudukan. Memanfaatkan garis pertahanan Barca yang sangat tinggi, Fernando Torres melakukan sprint sendirian setelah mengambil bola sapuan Ashley Cole. El Nino pun dengan dingin mengecoh Valdes dan melesakkan gol penyeimbang pada injury time.

MATI KAU CULES ALAY!!!
*Chelsea menuntaskan dendam di semi-final 2009 dan melangkah ke partai puncak untuk kali kedua sepanjang sejarah*

Dan sampai di final, Chelsea bertemu Bayern Muenchen yang mengalahkan Real Madrid di semifinal. Chelsea kembali di uji, karena Muenchen bermain di kandang sendiri, Allianz Arena. Parahnya lagi, Chelsea tanpa 4 pemain inti yakni sang kapten John Terry, Branislav Ivanovic, Ramires, dan Raul Meireles karena akumulasi kartu.

Bermain di Allianz Arena yang notabene merupakan markas mereka sendiri, Bayern Muenchen sebenarnya tampil mendominasi sepanjang pertandingan. Trio Mario Gomez, Arjen Robben, dan Frank Ribery, berkali-kali malancarkan serangan ke lini pertahanan Chelsea. Namun disiplinnya permainan lini belakang Chelsea, ditambah kurang tenangnya pemain depan Muenchen dalam penyelesaian akhir, membuat tak satupun peluang Muenchen berbuah gol. Mario Gomez, Robben, Ribery, hingga Thomas Müller, sempat memperoleh peluang bagus. Sayangnya tak satupun yang berhasil menembus gawang Chelsea.
Sebaliknya tim asuhan Roberto Di Matteo, hanya sesekali melakukan serangan. Namun seperti halnya Muenchen, kurang tenangnya pemain Chelsea, membuat semua serangan yang dibangun bisa dipatahkan lini belakang Muenchen. Alhasil hingga akhir babak pertama, skor imbang 0-0 untuk kedua tim tetap tak berubah.

Di babak kedua permainan tak jauh berubah. Muenchen lebih banyak menyerang, sementara Chelsea hanya sekali-sekali melakukan serangan balik. Adalah Thomas Muller yang akhirnya mencetak gol pembuka di menit ke-83. Berawal dari umpan silang Diego Contento di sisi kanan pertahanan Chelsea, Muller yang tak terkawal, berhasil menyambut umpan tersebut dengan sundulan yang tak mampu ditahan penjaga gawang Chelsea, Petr Cech. Pemain belakang Chelsea yang lebih fokus menjaga Mario Gomez, membuat Muller berada dalam posisi bebas, dan dengan leluasa menyambut umpan Contento serta mengkonversinya menjadi gol.

Gue nangis sejadi-jadinya, Chelsea pasti kalah! 10 menit lagi pertandingan berakhir. Nyesek, Kecewa, Marah, Sedih, rasanya perjuangan Chelsea sampai ke final sia-sia saja. Gue udah matiin TV, gue ga mau nontooooooooooon! *ga tega*
Tiba-tiba gue di kagetkan oleh teriakan abang gue, Ternyata Didier Drogba memperpanjang nafas Chelsea. Sundulannya di menit ke-89 membuat skor imbang 1-1. Drogba berhasil menyambut umpan tendangan sudut Juan Mata. Sundulannya mengarah ke tiang dekat, dan mengubah skor menjadi 1-1. *Gue langsung nonton lagi haha*  Skor imbang ini berakhir hingga peliut panjang, dan membuat laga dilanjutkan ke masa perpanjangan waktu.

Di masa perpanjangan waktu, Muenchen sempat memperoleh peluang emas lewat penalti Arjen Robben di menit ke-95.
Penalti diraih Muenchen lantaran Didier Drogba melakukan pelanggaran di kotak penalti sendiri. Sayangnya tendangan penalti Robben berhasil ditangkap oleh Petr Cech. Hingga dua kali perpanjangan waktu, skor tetap imbang 1-1, dan membuat pemenang pertandingan harus ditentukan lewat adu tendangan penalti.

Di babak tos-tosan ini, gue udah was-was loh. Tahu kan gimana Muenchen menyingkirkan Real Madrid di semifinal lewat adu penalti? Kiper Muenchen itu loooh si Neuer!
Alhamdulillah yaaah, dua algojo Bayern Muenchen, yakni Ivica Olic dan Bastian Schweinsteiger gagal menjalankan tugasnya dengan baik. Sementara penendang Chelsea yang gagal hanyalah Juan Mata. Empat penendang lainnya, yakni David Luiz, Frank Lampard, Ashley Cole, dan Didier Drogba, berhasil menaklukkan penjaga gawang Muenchen, Manuel Neuer.
Chelsea pun menang 5-4, sekaligus memastikan diri menjadi juara Liga Champions 2012 (y)


Tidak ada komentar: